[ KEMBALI ]

Padahal, jiwa terasa kerontang, keropos iman.
Tetapi, terlalu malas beranjak dan bergerak.
Sekadar memperbaiki tempat berpijak, agar tidak lagi goyah ketika terinjak.

Helaan nafas dirasa cukup untuk menghilangkan beban berton-ton di pundak. Jika saja.
Nyatanya, beban itu terus menggelayut dan seakan terus berdenyut,
membuat kobaran api dalam hati ikut tersulut.

Ingin berubah, katanya
Sudah lelah, desahnya
Tidak betah, keluhnya

Ia ingin kembali, rindu untuk berpulang.
Tetapi, bekal barang sebiji zarah pun tak punya.
Yang ada kerikil berat bahan bakar neraka di ranselnya.
Ia penat, tak kuat, ingin berteriak
Hatinya tak lagi tenang; beriak
Ia harus bergerak

Kemana?
Apa Allah mengizinkannya menapaki jalan-Nya lagi?
Disaat ia sudah berjalan di sana, tapi malah berputar arah menjauhi.
Biji zarahnya habis termakan jejak kosong berujung neraka.
Apa bisa ia kembali?

Ia berharap bisa kembali
Terus berjalan, tanpa menengok ke belakang.
Mengumpulkan biji zarahnya yang berceceran di sepanjang jalan.
Kembali,
Merindu lagi,

Semoga Allah kembali meridhoi

.

“Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.”
(QS. Ar-Ra’d 13: 29)

30/05